"Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. (69:27)"
Jumat, 27 Juli 2012
@7/27/2012 02:18:00 AM
كُلُّ نَفسٍ ذائِقَةُ المَوتِ ۖ ثُمَّ إِلَينا تُرجَعونَ
"Every soul will taste death. Then to Us will you be returned. ( 29:57 )"
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Hari ini, tanggal 27 Juli 2012, tepat pukul dua belas malam, gue baru dapat kabar yang mengejutkan dari Otri, temen sekampus gue yang udah jadi temen lingkaran gue. Otri bilang, guru les Anna (Fuji) dan teman Dhika (Aoki) meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Gue lupa tanya ke Otri tepatnya kapan dia meninggal—tapi Dhika bilang, sekitar jam 5an (entahlah maksudnya jam 5 di waktu Dhika atau jam 5 di waktu sini), dan Otri ngabarin gue setelah dia pulang dari rumah duka.
Kematian adalah salah satu dari sekian banyak rahasia Allah yang tidak mungkin bisa kita ketahui kapan waktunya tiba. Bisa besok, bisa detik kemudian, bisa tahun depan, bisa lagi tidur, lagi nyetir, lagi makan, dan sebagainya. Hanya Allah yang tahu kapan dan dimana serta sedang dalam kondisi apa saat kita mati nanti. Allah sering kali berfirman dalam Al-Quran tentang kematian, mengingatkan kita sebagai umat-Nya bahwa segala sesuatu yang hidup pasti akan mati, segala sesuatu yang Dia ciptakan pasti akan kembali kepada-Nya. Seperti contohnya temen Dhika dan guru Anna itu. Kemarin-kemarin, selama kurang lebih satu minggu, Dhika sama Anna cerita, (meski lebih sering ngedenger dari Dhika sih) kalau temen mereka itu adalah orang yang sehat wal afiat kok. Tapi suatu hari, tahu-tahu Dhika dapat kabar kalau temannya itu masuk rumah sakit, UGD, kena stroke, dan akhirnya koma. Selama (sekitar) seminggu, Anna sering kerumah sakit untuk nengok. Tingkat kesadarannya makin hari makin turun, dari stadium 3 ke 4, terus sempet langsung drop sampai 6. Meski begitu, Anna sama yang lain sering ngobrol dan sesekali mendapati gerakan-gerakan tangan. Meski Dokter sempat bilang, keadaannya udah semakin drop, nyaris lepas tangan. Terakhir dengar kabar, Anna masih sering nengok, menjelang buka puasa atau pagi-pagi hari yang keadaannya masih koma seperti kemarin. Dan beberapa hari setelah itu, gue ga dapet kabar apa-apa lagi. Tapi gue selalu bilang sama Dhika sama Anna, apa pun yang terjadi, segala sesuatunya adalah keputusan dari Allah dan keputusan Allah itu selalu jadi yang terbaik buat umat-Nya, tinggal bagaimana kitanya yang menyikapi semua itu.
Sampai, ya, pada akhirnya tadi tengah malem, berita duka itu datang.
Temen Dhika itu meninggal karena ada pembengkakkan pembuluh darah di kepala yang disebabkan oleh insomnia. Biasanya, pada penderita insomnia darah yang ada di pembuluhnya itu bakal jadi kentel dan mengedap sampai akhirnya menjadi gumpalan-gumpalan yang berujung menjadi pembengkakan. Temennya Dhika mengalami itu. Tanpa diketahui akhirnya pembengkakan pembuluh darah itu pecah dan menyebabkan stroke lalu koma, yang berujung pada kematian. Otri bilang, Anna langsung khawatir sama gue—ah, ya. Gue bisa di bilang seorang pengidap insomnia dimana gue kadang ga tidur beberapa hari, dan sekalinya tidur itu lama. Atau bisa di bilang jadwal tidur gue sama sekali ga bagus. Fuji juga khawatir pada dirinya sendiri—intinya kita berdua pengidam insomnia dan harus hati-hati karena ini. Dan mengingat hampir lima bulan gue sering sakit kepala... errr—wallahualam.
Bismillah, semoga Allah melindungi saya dan Anna. Dan saya harus ke dokter. Hmph.
Kembali ke cerita temen Dhika dan Anna itu. Gue ga kenal siapa orang itu, jujur aja. Gue cuma baru kenal seminggu, tanpa tahu nama, itu pun dari chat sama Dhika juga Anna. Tapi ada perasaan sedih yang bikin gue nyesek tadi. Seminggu di rumah sakit sampai akhirnya meninggal. Waktu yang terhitung cepat, ditambah lagi meninggalkan anak-anak yang masih kecil, dan masih di usia yang terhitung muda. Ya Allah, kalau saya meninggal, cepet kayak beliau, bawa apa ya saya? Di situ sih, nyeseknya. Semoga di sisa umur saya, saya bisa kembali ke jalan-Mu yang lurus, berbuat banyak amal kebaikan, dan berbakti kepada orang tua.
Dear you are. Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah pasti sayang sama kamu, karena itulah, mungkin, kematian adalah cara yang terbaik untuk kamu. Biar ga terus-terusan sakit, biar keluarga kamu dan orang-orang terdekat kamu gak terus-terusan sedih, atau sebagainya. Semoga Allah menempatkanmu di tempat yang terbaik di sisi-Nya, menerima segala amal ibadahmu, mengampuni segala dosa-dosamu, dan memberikan ketabahan serta keikhlasan untuk keluarga, sanak saudara, teman, kerabat, serta orang-orang yang ditinggalkan olehmu. Amin.
"Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. (69:27)"