Unbirthday Party - Chapter 5
Selasa, 23 Agustus 2011
@8/23/2011 01:06:00 PM
Disclaimer :
- Ryokushoku o Obita punya para tuyul bersaudara.
- Kyoshiro Kitazawa punya gue as co-PM
- Fuji Amamiya punya Anna
- Dan beberapa chara yang di sebut punya PMnya masing-masing.
oOo
"Aku yang minta maaf, Kyoshiro-san tidak salah. Umm, a-aku hanya tak terbiasa diusap seperti itu—Ka-karena Kyoshiro-san bukan perempuan..."
"Jadi, apakah aku harus menjadi perempuan untuk menyentuhmu?"
oOo
Waktuku dengan waktunya itu berbeda—seharusnya aku sadar itu. Seharusnya.
“Gomenne…”
Menggeleng perlahan, aku hanya bisa tersenyum tipis, menatap kosong wajah Fuji Amamiya yang muram, dengan bibir bawah digigit seperti biasa saat dia merasa takut. Matanya yang hitam mengerling berkali-kali, memandangku tapi langsung menoleh ke arah lain—seolah takut padaku, seolah aku ini tidak lagi pantas untuk dia lihat. Aku tahu aku sudah mati, dan aku tahu aku ini seorang hantu yang mungkin memang menakutkan, tapi yang aku tahu untuk sekarang ini adalah Fuji sudah mengenalku; apakah memang Fuji takut padaku?
“Maafkan aku Kyoshiro-san…”
“Tak apa, sungguh. Sudah kubilang jangan sering-sering meminta maaf padaku. Apa kau lupa?”
“Ta-tapi…”
“Sudah, tak apa-apa kok, sungguh.” Tersenyum tipis, aku menoleh; menggerakkan tangan kananku sedikit—namun terhenti seketika, memilih untuk mengurungkan kembali niatku menyentuh pipi gadis dihadapanku ini, gadis kecil yang masih menunduk dengan kedua tangan menggenggam erat tamagotchi kecil. Ya, tamagotchi yang dulu pernah aku berikan saat ulang tahunnya yang ke enambelas. “Lagi pula wajar kalau rusak, itu kan sudah—lima tahun yang lalu, kan?” ujarku pelan, masih mencoba menenangkan gadis itu.
Namun Fuji bersikeras—menggeleng cepat; menatapku sedih. “Umm—tapi ini pemberian dari Kyoshiro-san….”
Melirik sekilas, tamagotchi yang tengah digenggam oleh Fuji malah sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri rusak melainkan masih terlihat mulus seolah tidak sedikit pun lecet berbekas di benda kecil itu. Lalu apa yang harus dipermasalahkan? Aku terkekeh pelan, menimpali dengan maklum tingkah Fuji yang merasa bersalah hanya karena tamagotchi itu rusak. Bukankah hal itu adalah hal yang wajar untuknya? Untuk manusia? Berbeda dengan benda bahkan kehidupanku yang abadi—sepi.
“Sudah ah jangan minta maaf terus—tak apa, sungguh.”
"Tapi aku jadi merasa bodoh... pemberian Kyoshiro yang begitu berarti untukku ini malah kurusak. Bagaimana aku harus menggantinya?"
Hening.
Kalau boleh egois, tentunya banyak hal yang ingin aku ajukan sebagai pengganti tamagotchi itu. Bagaimana kalau aku meminta waktu berputar kembali ke tahun lalu? Ketika gadis kecil ini terbaring sakit sehingga tidak mampu bergerak dan mengunjungiku sebagaimana biasanya? Sehingga aku bisa mengunjunginya dan menemaninya di klinik—atau aku bisa meminta gadis itu terus bersamaku dan menemaniku sekali pun dia sudah lulus? Dan kalau boleh—memintanya berada di dunia yang sama denganku?
Tidak, tidak. Aku tidak boleh seperti itu.
Aku sudah mati tapi bukan berarti aku tidak memiliki kehidupan—aku pernah hidup, dan aku tahu hidup itu menyenangkan. Kau bisa leluasa meluapkan emosi karena waktumu terus berputar, merasakan bagaimana saatnya kau berada di atas dan kemudian di bawah, merasa tinggi kemudian terjatuh, merasakan senang sekaligus sedih, dan merasakan suka maupun duka—tidak sepertiku, tidak abadi sepertiku, dan tidak sepi seperti hari-hariku. Ketika kau hidup, kau bisa menangis kepada orang-orang yang memang peduli padamu. Ketika kau hidup, kau bisa tertawa dengan orang-orang yang memang menyayangimu. Dan ketika kau hidup, kau bisa meluapkan amarah kepada orang-orang yang memang membencimu. Tidak sepertiku—sekali lagi—sepi.
“Kyoshiro-san?”
Terhentak—aku buru-buru menoleh, memandang Fuji sembari tersenyum. “Kau benar-benar ingin menggantinya?” Gadis itu mengangguk pelan, bibirnya masih digigit, senyumnya tergambar ragu, dan kedua maniknya memandangku dengan sorot memohon bercampur maaf. “Tapi boleh tidak kalau aku bertanya dulu padamu? Beberapa pertanyaan, mungkin?” ujarku pelan, membalas tatapan Fuji dengan sorot sama-sama memohon. Sekali lagi dia mengangguk singkat, mempersilahkanku dengan gerakan kepala pelan yang anggun.
“Kenapa kau mau menemaniku?—apa karena janji?”
“Umm—tidak, karena aku memang mau menemanimu, kan aku pernah bilang karena aku ingin menemani dan ingin ditemani oleh Kyoshiro-san…”
“Apa kau takut padaku?”
Fuji menggeleng cepat. “Tidak—sama sekali tidak, malah aku nyaman denganmu…”
“Apa kau merasa keberatan denganku?”
“Kenapa Kyoshiro-san bertanya seperti itu?—tidak, aku sama sekali tidak keberatan, aku—“
“—kalau begitu apa sekarang aku boleh menyentuhmu?”
Tidak ada reaksi, gadis itu justru membeku seketika dan memandangku kosong, entah terkejut atau tidak tahu harus berbuat apa—aku tidak tahu karena aku pun seperti itu, hanya bisa memandang Fuji dengan tatapan kosong, tidak tahu harus berbuat apa. Selebihnya hanya reaksi kecil yang ditunjukkan—menggigit bibir bagian bawah sembari menoleh membuang muka, mengalihkan pandangannya dengan suara gumam kecil serta senyum meragu. Aku masih terdiam, menatap kosong tanpa ekspresi.
Dan kemudian gadis itu mengangguk kecil.
Senyum mengembang diwajahku seketika; menatap penuh rasa terima kasih dengan tangan kanan mulai bergerak—terangkat pelan menyentuh pipi kiri Fuji yang kini memejamkan matanya, memiringkan sedikit kepalanya ke kiri seolah mempersilahkanku untuk terus mengelusnya, seolah menikmati sentuhan dingin dari tanganku yang pias. Aku masih tersenyum—begitu pula dengan Fuji.
“Pertanyaan terakhir, Fuji-chan…”
Jeda.
“… apa boleh aku menyukaimu?”
oOo
Selasa, 15 Juli 2008
Fuji Amamiya, 20 tahun - Kyoshiro Kitazawa, 16 tahun.
oOo
Label: Fanfiction, Fuji Amamiya, Kyoshiro Kitazawa, Ryokubita