<body>
Unbirthday Party - Chapter 4
Selasa, 23 Agustus 2011 @8/23/2011 01:05:00 PM



Disclaimer :

  • Ryokushoku o Obita punya para tuyul bersaudara.
  • Kyoshiro Kitazawa punya gue as co-PM
  • Fuji Amamiya punya Anna
  • Dan beberapa chara yang di sebut punya PMnya masing-masing.







- CHAPTER 4 -





oOo

”Dan aku pun, pasti menerimamu apa adanya …”

"Dan aku pun berjanji kalau kau butuh aku—panggil saja, kapan pun selagi masih di ruang lingkup Ryokubita."


oOo

Mendung.

Langit biru itu kini gelap dengan awan hitam disekelilingnya, terlihat suram dan menyedihkan, semacam aura aneh yang entah kenapa membuatku merinding setiap kali melihatnya. Angin dingin pun mulai menyeruak menembus tubuhku yang pias, pepohonan rindang juga mulai bergerak-gerak di terpa angin, seperti melambai-lambai mengejekku yang tengah duduk di atas lantai Main House sendirian—ah tidak, tidak. Aku tidak sendirian. Aku yakin semua ini hanya untuk sementara—karena seperti biasanya, seperti tahun-tahun sebelumnya akan datang seorang gadis berambut hitam legam ke sini, membawa sekotak kecil berwarna putih seperti biasanya, seperti rutinitas yang telah dijanjikan sejak empat tahun yang lalu.

Dan aku masih duduk bersandar dengan sabar.

Munafik kalau aku bilang aku tidak begitu senang—maksudku, apa yang aku harapkan dari empat tahun belakangan ini? Hanya sebuah janji, janji kecil dengan kedua kelingking tangan kanan yang saling berkaitan sebagai saksi, janji yang sebetulnya bisa saja kau ingkari sesuka hati—dengan berjuta alasan panjang lebar dan segala macam alibi atau apalah itu namanya. Tapi selama ini gadis itu selalu datang padaku dan bertemu di sini, dengan kotak kecil berwarna putih ditangannya, dan dengan senyuman serta sapaan selamat ulang tahun yang lembut serta tulus kepadaku.

Kepada Kyoshiro Kitazawa yang tak pernah bertambah usia.

Tapi sekali lagi, aku tidak mau munafik—meski sedih mengingat hal itu, aku tetap senang. Bagaimana pun juga sebelas tahun hidup dalam kematian dan diselimuti oleh sepi bukanlah sesuatu yang mudah apalagi menyenangkan. Kau pikir kau siapa bisa hidup sendirian? Ketika kau masih menghirup nafas dan di tinggal sendiri pastilah kau menangis—lalu bagaimana kalau kau berada diposisiku? Menangis pun tak ada gunanya, meminta tolong pun sia-sia, dan berdiam diri pun rasanya aneh. Sebelas tahun hidup dalam kematian, bisa kau bayangkan itu semua? Ya. Sepi, terlebih lagi ketika orang lain merayakan usia mereka bertambah sedangkan aku tidak.

Bisa bayangkan betapa sepinya aku? Bisa bayangkan betapa senangnya aku mendapati Fuji Amamiya masih mau menghabiskan waktu hanya untuk merayakan ulang tahun seseorang yang sudah mati? Merayakan suatu perayaan yang sebenarnya sia-sia? Bahkan dia pernah mendoakanku meski pada kenyataannya dia tahu aku sudah tidak membutuhkan doa seperti itu.

Dan disinilah aku menunggunya seperti biasa, main house lagi, sore hari yang mulai beranjak malam. Tidak pernah berubah, selalu seperti ini. Tanganku bergerak perlahan, mengeluarkan satu kalung kecil berbentuk bunga yang terbuat dari ukiran kayu sederhana—yang hanya bisa aku berikan untuknya kali ini. Sederhana memang, tapi aku yakin Fuji-chan memang gadis yang seperti itu, yang sangat sederhana dan enggan menggunakan barang-barang mencolok. Dia pernah bilang padaku bahwa dia sangat menyukai alam. Pernah juga berbicara padaku sambil tersipu kalau dia sering sekali disebut kuno karena lebih memilih menyukai hal-hal yang berbau tradisional ketimbang modern di tahun-tahun seperti ini; hal-hal yang menurutku unik lainnya.

Lucu dan menyenangkan.

Meski aku hanya bisa tersenyum mendengarkan—memperhatikan.

Fuji memang begitu—aku sudah mengenalnya. Dulu dia sangat sulit berbicara. Sering kali ada kata “umm-ehm-err-eh” dan pengulangan kata lainnya yang membuatku gemas sendiri. Terus terang saja bagiku itu sangat menggemaskan—kau tahu, sejak kapan sih Kyoshiro Kitazawa terhitung hantu yang sabaran? Tidak, kan? Tapi lain halnya untuk gadis ini. Sejak pertama kali mengenal dan mengetahui bahwa dia memang seperti itu, aku bisa bersabar, mendengarkannya dengan seksama bahkan kalau pun dia tidak bisa berbicara jelas akan aku tuntun dia untuk menulis—setidaknya meluapkan keluh-kesah apalagi kata-kata itu sangat diperlukan Dan sekarang dia sudah mulai bisa berbicara, meluapkan segalanya sekali pun masih terbata-bata. Tetapi sebetulnya selama ini selalu ada yang mengganjalku—membuatku bertanya-tanya sejak kapan aku memperhatikan gadis itu?

Dan kenapa?

Mengangkat wajah perlahan, kudapati hujan rintik mulai turun membasahi tanah—membuat genangan-genangan kecil dengan air yang sama sekali tidak memantulkan bayanganku di sana. Semakin lama hujan itu semakin deras dan pastinya diikuti hawa dingin, dengan suara gemuruh keras seperti tangisan pilu—menyesakkan. Aku tidak pernah merasakan lagi seperti apa rasanya hujan. Seperti apa rasanya sakit, seperti apa rasanya basah, seperti apa rasanya tertawa bersama teman-teman saat berlarian di tengah hujan, dan seperti apa rasanya dingin aku sudah lupa. Yang aku tahu hanya rasa sepi—mati.

Hujan semakin deras—mengguyur tanah dengan ganas.

Menoleh pelan, memperhatikan sekeliling, dan menatap kosong sekitar Main House yang sudah beranjak gelap, aku mulai duduk tegak dengan gelisah, menoleh berkali-kali—berusaha mencari-cari sosok gadis sakura itu. Mungkin datang terlambat? Atau mungkin lupa? Aku rasa tidak karena sekali pun dia memang datang terlambat atau tidak bisa datang, dia mungkin akan bilang padaku terlebih dahulu dan mengganti hari ini dengan hari yang lain. Kalau pun lupa—itu mustahil. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan kalau memang gadis itu lupa akan janji yang sudah sering ditepatinya—Ah, mungkin karena hujan, jadi dia tidak bisa datang cepat. Mungkin karena hujan, jadi dia berteduh terlebih dahulu.

. . .

Tapi pada kenyataannya sampai sekarang tidak ada yang memanggil namaku.

Sebutan Kyoshiro ganteng pun tidak.












oOo

Minggu, 15 Juli 2007

Fuji Amamiya, 19 tahun - Kyoshiro Kitazawa, 16 tahun.


oOo

Label: , , ,



+ Follow

▼▼▼
幸せはすぐそばにあります。
Happiness is just around the corner.
Previous // Next