<body>
Untitle.
Selasa, 29 November 2011 @11/29/2011 01:50:00 AM



Disclaimer :
  • Ryokushoku o Obita punya para tuyul bersaudara.
  • Miho Mizuhara punya Gue.
  • Osamu Narusawa punya Ndhez
  • Dan beberapa chara yang di sebut punya PMnya masing-masing.
Timeline : Musim dingin, 2006/2007
A/N : Semua ini murni karena imajinasi gue loh ya =)) dan jelas, semua FF ini tidak sepenuhnya ada sangkut paut dengan plot asli semua chara yang terlibat di sini. Murni pikiran gue alias cuma iseng HAHAHAHAHA. #dibuang =))










"OCCHAN!!!"

"APAAAA???" Miho Mizuhara menengadahkan kepalanya sembari tetap tidur terlentang di atas sofa hijau, tersenyum tipis begitu lelaki berambut kecoklatan, keriting acak-acakan, dan menggunakan apron ungu gonjreng tengah berlari-lari kecil menghampirinya. Wajahnya kotor penuh dengan bercak-bercak putih seperti serbuk yang menempel di kulit—itu tepung atau bedak, Miho tidak peduli. "Apa?" tanya lelaki itu mengulangi pertanyaannya, dengan itonasi suara yang berbeda.

"Lapar." jawab Miho singkat. Lelaki itu mengerenyit. "Aku lapar, kau tuli?" sahutnya sinis.

"Kalimat sihirnya?"

"Harus?"

"Harus dong."

"Kalau tidak mau?"

"Bakal ku cium."—dan dalam hitungan detik, bantal merah langsung melayang mengenai di muka si lelaki.



—oOo—



"Miho-chan..." Gadis berambut pendek berwarna hitam kecoklatan itu langsung menoleh begitu nama kecilnya disebut dan ber-hmm pelan sembari memandang Osamu Narusawa yang tengah duduk di sebelahnya, yang juga sama-sama membalas tatapan gadis itu tepat mata coklatnya. Dia tidak tersenyum, tapi tidak juga memasang wajah sangar seperti biasa. Kali ini datar dan kalem. Tumben

"Apa?" tanya gadis itu pada akhirnya. Osamu menggeleng pelan dan tersenyum samar. Misterus. "Apaaa???" gadis itu bertanya lagi sambil merengek gemas, tapi Osamu masih tetap tidak menjawab pertanyaannya, malah terus senyam-senyum mencurigakan. "Kau ini memanggilku untuk apa sih? Aku sibuk!! Masih banyak catatan yang harus aku salin sebelum ujian di mulai minggu depan!!!" protes Miho-chan, begitu yang tadi Osamu sapa. Miho-chan kembali membuang muka, memandang buku catatannya dan buku catatan Osamu secara bergantian plus tangan kanan yang sibuk bergerak-gerak dengan pena di genggamannya.

"Miho-chan..." Yang di panggil tidak menanggapi—sekilas sih iya, hanya sebatas menghentikan gerakan tangannya, menghela nafas, dan kemudian kembali melakukan aktifitasnya. Osamu terkikik. "Miho-chan..." Kali ini dengan sangat hebatnya lagi, di luar dugaan, gadis itu memilih untuk cuek—mengabaikan Osamu yang sedari tadi masih asyik memanggil-manggilnya. "Miho-chan..." ujar Osamu sekali lagi.

Tidak ada jawaban.

"Miho-chan..."

Gadis itu mencengkeram pena dengan marah.

"Miho-ch—"

"—BERISIK!!!" bentak Miho-chan sambil menghentakkan tangan kanannya ke meja sampai-sampai terdengar bunyi 'brak' yang nyaring. "APA OSAMU-KUN? APA??!" dia melotot, jelas-jelas terganggu. Tapi si biang keladi ini malah terkekeh geli. "Tutup mulut atau kau aku sihir jadi kodok!!" ancam Miho-chan.

"Miho-chan..." ujar Osamu mengabaikan ancaman gadis itu. "Miho-chan, Miho-chan, Miho-chan..."

"APA? APA? APAAAA????"

"Aku menyukaimu."

Dan sebuah buku tulis berwarna merah bata melayang mengenai muka Osamu dengan telak. 




—oOo—



Diam, dan bersembunyi adalah dua hal yang bisa dilakukan Miho hingga detik ini, detik dimana seharusnya gadis Bara ini berceloteh panjang lebar seperti biasa kepada kekasihnya, kepada sosok lelaki bertubuh tinggi di hadapannya itu. Tapi hari ini berbeda, Miho hanya bisa menunduk rendah dan memeluk Osamu dengan erat; membungkam mulutnya. "Kenapa?" tanya Osamu lembut. Tapi Miho hanya menjawabnya dengan gelengan kepala, tidak apa-apa, katanya

Lelaki Bara itu terkekeh. "Bohong ah. Mana ada orang yang tidak kenapa-napa malah seenaknya nubruk orang yang lagi asyik duduk-duduk di teras begini?" Osamu mengembangkan senyum tipis sambil membelai rambut Miho secara refleks. "Kenapa sih?"

"Enggak apa-apa. Bawel amat sih, gak boleh apa meluk-meluk?" Miho menggerutu, tapi masih tetap di posisinya. Tapi Osamu masih tidak percaya, secara refleks lagi, lelaki itu menjitak kepala Miho, gemas. Gadis Bara ini menggerutu lagi. "Cuma kangen aja, tau."

"Bohong ah."

Miho melepaskan pelukannya, duduk tegak dihadapan Osamu sambil mengerenyit. "Kau tidak percaya?" Kekasihnya menggeleng, tapi masih senyum tipis. Miho menggelembungkan pipinya. "Kenapa kau tidak percaya? Aku kan pacarmu." sahutnya protes. Tapi Osamu, yang sepertinya malah menikmati reaksi manja dari Miho justru semakin menggodanya, melontarkan pertanyaan-pertanyaan kenapa bisa kangen, atau kenapa tiba-tiba memeluk, atau apa. Pertanyaan sepele, tapi berhasil membuat Miho gelagapan.

"Tuh kan, kau tidak bisa menjawab. Artinya kau bohong."

"Kau benar-benar tidak mempercayaiku kalau aku kangen??" tukas Miho meninggikan suaranya. Dia cemberut, tapi masih memasang wajah manja. Osamu menggeleng sambil menghendikkan bahu; jelas dia hanya ingin membuat Miho sebal seperti biasa. Antara percaya dan tidak percaya sebenarnya, tapi melihat reaksi Miho yang seperti ini adalah hiburan tersendiri baginya. "I just miss you!!" jawab Miho singkat.

"Kemarin-kemarin kau bersikap galak—"

"Lagi masanya."

"Kalau begitu sekarang aku yang galak."

"KENAPA BEGITU???"

"Gantian dong."

Miho cemberut.

Namun beberapa saat kemudian, giliran Osamu yang mengerenyit heran saat Miho memandangnya tajam sambil mendekatkan tubuhnya. "Kalau begitu aku punya cara agar kau tidak cemberut, Occhan." ujar gadis ini berbisik sambil tersenyum tipis. Lelaki Bara itu langsung mengerenyit bingung dan bergerak mundur. "Kenapa kau mundur, hmmm?" ujar Miho pelan. Perlahan tapi pasti, kedua tangan Miho menyentuh baju Osamu dan merabanya, melingkarkan kedua tangannya di leher kekasihnya itu dengan hati-hati sembari masih mecondongkan tubuhnya ke depan, mendekatkan hidungnya pada hidung Osamu—tersenyum.

"Kau sepertinya lupa sedang berhadapan dengan siapa—Osamu-kun?" tanya Miho masih dengan suara yang berbisik. Osamu, yang kebingungan tapi juga tertarik hanya bisa mengangkat alisnya. "Kalau aku bisa membuatmu percaya kalau aku kangen, kau mau memberiku apa?" tanya Miho sekali lagi.

"Segala keinginan Majikan bukankah seharusnya aku penuhi?"

"Kalau begitu, pejamkan matamu—" lelaki Bara ini menurut, memejamkan matanya dengan alis masih terangkat tinggi, penasaran sekaligus merasa geli dengan tingkah Miho yang aneh. Sebagai lelaki berusia sembilan belas tahun, jelas hal ini membuat pikiran Osamu sudah entah kemana, membayangkan ini dan itu, bahkan kalau boleh jujur delapan puluh persen dari imajinasinya sekarang adalah pikiran `lelaki`nya.

Tapi sayangnya itu tidak bertahan lama karena suara PLAK terdengar nyaring.

Dia di tampar.

"KALAU GA PERCAYA YA UDAH!! DASAR COWOK ENGGAK PEKA!!!" Osamu, yang baru saja terbang ke Nirwana harus turun lagi seketika dengan pipi sebelah kanan terasa panas. Matanya mengerjap berkali-kali memandang Miho yang cemberut; dengan posisi tangan kiri terangkat. "AKU BENCI PADAMU, OCCHAN!!!" bentak gadis itu sekali lagi. Kali ini dia menangis.

Osamu mengerjapkan mata—tidak mengerti.

"Kau kenapa sih?? Hei—" sahutnya panik. Tangannya terulur untuk menarik tangan Miho namun gadis itu menepisnya. Dia berdiri; memandang Osamu dengan ekspresi sedih bercampur marah. Namun setelahnya, gadis itu berbalik, dan pergi. Tidak memberikan jawaban apa-apa pada Osamu.



—oOo—



Cinta itu sederhana. Seperti misalnya kaki yang hanya bisa melangkah semakin cepat begitu melihatmu melintas dihadapanku. Atau mata yang langsung mengerjap kikuk begitu berpapasan denganmu. Atau bahkan bisa deru nafas yang terus berhembus tiap hari dengan kamu di pikiranku.

Sederhana memang, seperti sekarang.

Tapi tidak untukmu, tidak untukku.

Label: , , ,



+ Follow

▼▼▼
幸せはすぐそばにあります。
Happiness is just around the corner.
Previous // Next