Reason
Minggu, 10 Agustus 2014
@8/10/2014 04:52:00 PM
"Let's just forget about this, Zuko."
Zuko memejamkan matanya erat-erat, menghela nafas panjang berulang-ulang, menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, lalu pada akhirnya kembali menatap langit-langit kamarnya dalam diam.
"We're never supposed to be, anyway"
★
I can't find the reasons
That my love won't disappear
★
Insomnia adalah kawan setianya selama ini, namun biasanya hal itu di picu dengan pikiran kalut dari sang Raja. Akan tetapi, malam ini Zuko tidak bisa tidur bukan karena urusan Negara, namun urusan hati yang tak biasa. Ucapan Katara beberapa hari yang lalu berhasil membuatnya resah tak karuan. Dilema menggeluti hati dan pikirannya. Zuko tahu, bukan hanya dirinya yang merasa demikian. Sang gadis bermata biru itu pastilah mengalami hal yang sama dengannya. Sayangnya, hanya Zuko yang merasa bimbang, merasa hati tak rela sekali pun kalimat dan kata yang pernah ia lontarkan berbeda dengan kenyataan--karena ternyata, ketika fakta berbicara, hati sekeras batu pun tak kuasa menahannya.
Sekali lagi, Zuko menyerah pada teman setianya.
Membuang nafas panjang, resah dengan apa yang mengganggu pikirannya, Zuko memilih untuk keluar dari kamarnya dan bergumam kesal pada para pengawal yang menggandrunginya dengan banyak pertanyaan. "Aku hanya ingin sendiri, mengerti?!" bentak Zuko dengan suara berbisik. Kediaman keluarga Morishita bukanlah rumahnya, dan ia adalah tamu. Maka, menjaga perdamaian dunia dan kehormatannya sebagai Raja Api, Zuko sebisa mungkin menjunjung tinggi sopan santun di tempat ini, meski sering kali ia kelepasan berteriak dan berbuat gegabah.
Langkahnya membawa tubuh Zuko kembali keluar dari rumah sang walikota di tengah malam, mengarah pada halaman luas sekali lagi, duduk di bebatuan pinggir air mancur, memandang bulan yang kini tak lagi nampak. Zuko menghela nafas lagi, resah sekaligus sedih.
"Tidak bisa tidur lagi?"
Zuko menoleh cepat saat suara Katara mengejutkannya. Dan mata keemasannya kini tampak lebih hidup ketimbang sebelumnya ketika sosok gadis berambut hitam bergelombang itu berdiri tak jauh darinya. Seulas senyum tipis secara refleks terpatri di wajah Zuko meski mungkin gadis itu tidak bisa melihatnya.
"Kau juga, biar kutebak."
Katara tertawa pelan.
"Aku mengganggumu?" Zuko menggeleng menjawab pertanyaan Katara, dan dilihatnya gadis itu tersenyum manis. "Keberatan kalau kali ini aku yang menemanimu, Fire Lord?" sang Raja tertawa pelan mendengar ucapan Katara. "Kuanggap tawamu itu sebagai kata 'ya' Zuko." gadis itu berjalan menghampiri Zuko dan duduk di samping sang Raja. Zuko, yang sedari tadi menatap Katara hanya bisa tersenyum saat sang pengendali air menengadahkan wajahnya ke langit.
"Tidak ada bulan"
"Ya."
"Jadi apa yang kau lakukan di sini?"
Zuko mengangkat bahunya sekilas. "Entahlah," jeda sebentar "aku hanya tidak bisa tidur, dan kupikir udara segar mungkin bisa membuat otakku jernih," pemuda itu menoleh, "bagaimana denganmu, Katara?"
Katara tersenyum. "Tidak penting." Lalu keduanya terdiam, membiarkan sunyi kembali menyelimuti mereka berdua sekali lagi. Zuko sendiri memilih untuk menatap langit gelap di atas sana, melamun akan banyak hal yang entah mengapa tak bisa hilang dari benaknya. "Kau tahu, Zuko?" pemuda itu menoleh lagi ketika namanya disebut, "aku tidak bermaksud untuk benar-benar menghindarimu, aku hanya tidak tahu harus bagaimana," Katara tampak muram. "Kau temanku, teman Aang, terlepas dari perasaanku--perasaan kita--hal seperti ini tidak seharusnya terjadi, tapi sulit sekali bagiku untuk bersikap normal lagi..."
"I know."
"Tapi..."
"Tapi aku tidak bisa menutupi perasaanku lagi, Katara." ucap Zuko lesu. Matanya memandang Katara tepat di kedua bola mata biru laut gadis itu. "Andai kata aku tidak pernah tahu perasaanmu, mungkin mudah bagiku untuk melupakanmu, merealisasikan ucapanku sebelumnya bahwa aku rela melepasmu," pemuda itu menghela nafas lemah. "Tapi kenyataannya kau pun sama, dan aku tak lagi bisa menekan perasaanku lagi padamu."
Katara menunduk. "I love you, Zuko." Zuko tidak menjawab apa-apa. Matanya terpejam erat ketika suara lembut Katara menyebut namanya. "Aku tahu aku berkata bahwa seharusnya kita melupakan ini tapi ternyata, sulit bagiku..." gadis itu menunduk semakin dalam, "I love you, Zuko. I really love you."
Zuko membuka matanya perlahan, tak bergeming sekali pun Katara sekali lagi berhasil meruntuhkan pertahanannya. "I love you too, Katara." ucap Zuko pelan. "But, we're never supposed to be," dia mengulang ucapan Katara dengan lesu. Nyeri di dadanya muncul setiap kali Zuko berkata demikian. "Dan aku tidak mau menyakitimu lagi."
Hening. Keduanya terdiam.
★
I can't find the reasons
Why I love you
★
Katara berdiri di pintu kamarnya dalam diam, menatap Zuko yang kini membungkuk sopan untuk berpamitan pada gadis itu. Malam ini, cukuplah sampai di sini. Bahkan kalau boleh, Zuko benar-benar ingin mengakhiri semuanya dan melanjutkan kehidupan masing-masing seperti dulu, seperti saat itu. Namun, keinginannya tertahan oleh dua hal. Satu adalah perasaannya, dan dua adalah Katara. "Ada satu hal yang membuatku penasaran." Katara bertanya pelan, masih memunggungi Zuko.
Sang raja hanya mengangkat alisnya.
"Apa alasanmu menyukaiku?"
Lalu Zuko tersenyum.
Dan berlalu.
---------- ★ ----------
@Firenationforum universe; Avatar: The Last Airbenders; Biaaulia.
© Michael DanteDiMartino and Bryan Konietzko
Earth, wind, and fire - Reason
---------- ★ ----------
Label: Fanfiction, Fire Nation, Katara, Net World, Zuko, Zutara