Nobody Knows - Chapter 18
Senin, 02 Maret 2020
@3/02/2020 11:54:00 AM
- Chapter 18 -
Katanya, tidak ada yang namanya pertemanan di antara hubungan laki-laki dan perempuan. Setiap hubungan lawan jenis akan ada yang namanya rasa diantara mereka, menyelinap secara diam-diam, yang kemudian menjelma menjadi sebuah malapetaka. Atau bisa saja menjelma sebagai rasa bahagia—tergantung bagaimana kau menyikapinya.
Sebagaimana reaksi Rei saat mendengar ucapan Araide barusan.
Dinginnya salju membuat otaknya sedikit membeku; mencerna perkataan gadis Bara disampingnya dengan sangat perlahan—seperti es yang mencair, setetes demi setetes. Rei mengerjapkan matanya dengan gugup, lalu menghela napas panjang. Adakah tingkahnya yang membuat Araide salah paham? Atau justru jangan-jangan dia yang salah mengartikan ucapan si Bara? "Kazusa," gadis itu menoleh cepat—wajahnya merona. "Aku—" berpikir sebentar, Rei benar-benar merasa otaknya membeku karena kedinginan, "—minta maaf."
Gadis itu tertegun, masih dengan rona kemerahan di pipinya.
"A... Ahaha...haha kok kau minta maaf sih??" Araide tertawa sembari memukul pundak Rei dengan keras. "Kau—yaaaah, kau tahu kan cemburu yang ku maksud bukan cemburu yang ada rasa!!" dia terkikik ganjil "Kau musti belajar membedakan rasa cemburu terhadap pasangan dan cemburu terhadap kawan! Maksudku, kan kalau terhadap pasangan ada rasa seperti kekhawatiran, amarah, dan—ya kau tau lah sisanya—sedangkan cemburu terhadap kawan tuh seperti—hmm—kau tahu, semacam ada perasaan kesal karena kawan itu udah ga seru lagi!!"
Rei tersenyum melihat reaksi Araide yang kikuk.
"Jangan dianggap serius, ah!"
Mengehela nafas berat, Rei menengadahkan kepalanya ke atas; menatap langit kelabu dengan butiran salju yang masih terus jatuh dengan perlahan. Ucapan Araide entah mengapa membuatnya berpikir jauh ke belakang, memikirkan dengan sangat serius tentang definisi rasa yang—ya ampun, bisa-bisanya bocah tengil seperti Araide mengajarinya seperti itu
"Seumur hidupku," Rei terdiam sebentar "aku tidak pernah menyadari perbedaan rasa seperti yang kau ucapkan, Kazusa." Dari ekor matanya, Rei menangkap ekspresi bingung Araide. "Aku tidak pernah menganggap—atau tepatnya, menyadari, bahwa ada rasa lain selain rasa cinta," Rei menghela nafas, menoleh memandang Araide di sampingnya.
"Dan kau menyadarkanku, bahwa rasa untuk pertemanan itu ada."
—oOo—
Bego. Banget.
Rasanya antara mau menghilang saja tapi masih ada cicilan yang harus dilunasi, sama mau mati tapi masih sayang nyawa dan masih cinta dunia. Sumpah, begonya sudah tidak bisa diukur lagi kalau begini. Bayangkan, tadi dia ngomong apa sih? Apa gegara dingin, otak ini jadi koslet? Atau jangan-jangan gegara ucapan Ko jadi agak terpengaruh (ga mungkin sih ini)? Atau jangan-jangan memang pada dasarnya Kazusa memang bego alami??
Jujur saja, Kazusa tidak ada keinginan untuk berkata demikian—oke, yang namanya cemburu, Kazusa akui, itu memang ada. Tapi, itu lebih ke maksud ke situasi dimana Kazusa bisa mencak-mencak, kesal, marah, atau apapun itu ekspresi yang bisa ia luapkan tanpa rasa berat atau canggung; bebas tanpa beban. Bukan cemburu yang... Kau tahu, melihat seseorang bersama orang lain.
Oke.
Mungkin begitu ju—oh tidak tidak tidak. Jangan ngaco ah!!!
Udah gila rasanya.
"Kukira kau sudah cukup berpengalaman," ucap Kazusa diiringi tawa canggung yang kentara. "Tapi ternyata, kau ini tidak ada apa-apanya!!" lanjutnya, kali ini dengan tawa riang yang sesungguhnya. Hah!! Apanya yang playboy kalau ternyata laki-laki ini tidak bisa membedakan rasa lain selain cinta!! Yang bego ternyata bukan Kazusa kok, ya ga??
"Kau lupa perkataanku, ya?"
"Perkataan yang mana?"
"Aku tidak pernah menolak yang datang, dan mengejar yang pergi, Kazusa."
Kazusa terdiam.
"Tapi kau mengejar Aoyama dan menolakku, Rei..."
—oOo—
Label: Fanfiction, Kazusa Araide, Net World, Reichi Shibasaki, Ryokubita