Ini tentang mimpi tadi pagi, tentang hal yang menurut saya berhasil membuat saya terpana dengan apa yang terjadi. Mumpung saya masih ingat, akan saya tulis lewat blog.
Saat itu, yang saya tahu, saya sedang berulang tahun dengan kondisi rumah lengkap ada semua keluarga saya. Tidak hanya keluarga inti, tapi juga ada keluarga besar yang begitu saya masuk ke rumah, mereka mengucapkan sekaligus merayakan ulang tahun saya dengan kejutan-kejutan lucu dan menyenangkan. Hingga pada suatu ketika, dari sudut kanan, saya melihat ada seorang pria, tinggi (lebih tinggi dari Daniswara, pula), berbaju putih dengan celana hitam pendek selulut, menghampiri saya dengan cake coklat kecil di tangannya, mengucapkan "selamat ulang tahun", meletakkan cake nya, lalu tersenyum menatap saya.
Saya balas tersenyum, sambil berucap terima kasih, disusul dengan tepuk tangan riuh dari keluarga, saya merasa pipi saya merona kemerahan. Antara malu, tapi juga tersipu. Pemuda itu bukan Daniswara, aku tidak kenal, tapi sebenarnya juga mengenalnya. Lalu, pemuda itu pun berlalu, meninggalkan hingar bingar perayaan tanpa berucap apa-apa lagi.
Kemudian, di dorong rasa penasaran, saya bertanya pada nenek saya (almarhumah, duh saya jadi kangen) "si ----- kemana?" (Saya tidak ingat siapa namanya, malah saya yakin, di mimpi itu pun saya tidak menyebukan namanya, hanya gerakan mulut tak jelas). Nenek saya tersenyum sambil mejawab "ada di kamar sana, sama Haris"
Saya pun menghampiri pemudia itu, melewati ruang makan yang tertata rapi, dan melihatnya tengah tidur-tiduran di kasur, di sebuah kamar laki-laki bersama dengan sepupu laki-laki saya. Saya, yang sebelumnya mencolek krim cokelat di tangan kanan saya dan disembunyikan di balik punggung, memanggilnya pelan. Pemuda itu datang menghampiri, tersenyum.
Lalu, kucolek wajahnya dengan krim cokelat, membuatnya tampak berantakan sambil tertawa bersama-sama. "Kok sekarang, dicukur sih, jenggot sama kumisnya?" Saya bertanya polos, dan lagi-lagi, untuk beberapa saat, pertanyaan barusan hanya di jawab dengan senyuman, sampai akhirnya dia berkata ingin merubah image sebagai jawabannya.
Saya mengangguk pelan.
Dan tiba-tiba, tubuh saya tersungkur kebelakang, menghantam dinding dengan kedua tangan ditahan oleh lengan besar pemuda itu, sekaligus menghimpit tubuh saya seakan-akan takut saya pergi dan berontak. Dia menatap saya dengan lembut, tapi juga pilu, sedangkan saya hanya bisa menatapnya dengan tanda tanya besar, bingung. "A-apa? Kenapa?"
"Aku menyukai mu, aku akan menunggu mu sampai ratusan tahun sampai kamu berkata kamu mencintaiku, memilihku, dan bersanding denganku. Aku akan menunggumu, bersabar melihatmu dengan Daniswara, sampai pada akhirnya aku tahu, kamu memang punyaku."
Saya terpana, mengigit bibir saya, takut sekaligus tersipu. Tangan saya mulai bergerak memberontak, namun sia-sia. Dan saya terbangun dari mimpi saat pemuda itu mengecup leher saya, membuat merinding ketika mata ini terbuka menatap realita.
Saya benar-benar mengenalnya, kah?
Label: dream, J, Journal, Malika, Random; real world