<body>
—and I'm always just dreaming
Senin, 02 April 2012 @4/02/2012 09:40:00 PM





And when I slowly close my eyes, you come back to my memory
and disappear when I look back
 Even if you can't reach the place we were to meet at
I won't let go of your hand...


- 真夏の夜のユメ -






Suara dering handphone terdengar nyaring memecah keheningan kamar berukuran dua kali tiga meter berwarna putih itu. Ponsel berwarna merah yang sebelumnya tampak baik-baik saja di meja bundar kini terlihat bergetar-getar kecil, seiring dengan nada yang semakin lama semakin keras memekik telinga. Tergopoh-gopoh, Malika menyambar ponsel itu dan menekan tombol accept ketika melihat nama 'Matheo' di layar ponselnya.

"Ya? Hallo? Theo?" mulutnya seketika kaku sekali pun di seberang sana justru terdengar tawa renyah. "Apaan sih kenapa ketawa? Ada apa?" lanjut gadis berambut hitam itu. Kemudian keduanya malah terdiam untuk beberapa saat, tidak ada jawaban. "Halo? Theo? Masih di situ?" ujarnya memastikan. "Iya Mal, sibuk gak?" Theo akhirnya bersuara, pertanyaan basi setelah sekian lama mereka tidak bertegur sapa. "Kalau sibuk sih ya enggak usah."

"Hmmm, enggak juga sih" apa sih yang enggak buatmu "kenapa?" lagi-lagi pertanyaan Malika tidak di jawab dengan serius, tawa renyah Theo kembali ia dengar dengan jelas. Malika mau tidak mau tersenyum, rasa rindu yang meluap di hatinya membuat kedua ujung bibirnya tertarik ke samping. "Ketawa melulu, kau seperti orang gila." Malika bersuara lagi, canda tawa. Theo terkekeh. "Sialan kau" umpatnya.

Tidak tahu, mungkin karena rindu, Malika ikut tertawa. "Tapi aku memang gila sih, hampir gila tepatnya karena rasa-rasanya otakku mau meledak, kau tahu." Theo mendengus kecil, menghela nafas panjang ketika Malika bertanya lagi tentang kondisi pemuda berusia lima tahun diatasnya itu. "Tidak apa kok kalau kau sibuk, nanti saja aku cerita."

"EEEHH!!" Buru-buru menyangkal, Malika berteriak kecil, penolakannya secara gamblang ditunjukkan terang-terangan. Theo yang mendengarnya hanya bisa tertawa—seolah mengerti bahwa gadis berusia dua puluh satu tahun itu sedang ingin berbincang-bincang dengannya. Kangen, mungkin. "Eh tapi terserah kamu sih, kalau ingin cerita ya cerita saja. Enggak ya enggak apa-apa..." berpikir sebentar, Malika membiarkan ada sedikit jeda di tengah-tengah kalimatnya. "Tapi aku cuma bisa bilang kalau semuanya pasti baik-baik saja. Seperti biasa." lanjutnya.

Matheo tidak berkomentar apa-apa, tapi akhirnya dia memutuskan komunikasi singkat dengan ucapan sederhana— "tidak apa, nanti aku cerita deh, besok" katanya sembari menutup ponsel. Malika hanya bisa tertegun, menatap ponselnya agak lama lalu menghela nafas panjang. Antara lega bercampur cemas. Sekaligus dilema.

Tapi ternyata, Malika tidak harus menunggu dalam waktu yang lama karena belum saja waktu berputar selama dua puluh empat jam penuh, ponselnya berdering lagi; pertanda ada pesan singkat yang masuk. Entah memang sudah feeling atau apa, Malika yang memang dari tadi membawa ponselnya itu kemana-mana langsung membuka pesan singkat itu—dari Matheo.

Basa-basi, bertanya dia sedang apa. Gadis ini dengan cepat menggerakkan jemarinya, mengetik sederet tulisan dan langsung mengirim balasan  pada Matheo. Hatinya berteriak, setengah memaki, setengah memaklumi. Dia ringu—tidak bisa di pungkiri. Akan tetapi mungkin memang Malika telah melakukan kesalahan dan dia tidak bisa memikirkan dirinya sendiri, barang kali Tuhan sedang ingin mengingatkannya. Tidak tahu, tapi begitulah apa yang ada di benak Malika.

Satu pesan singkat kembali masuk ke memori ponselnya, pengirim yang sama seperti sebelumnya tapi isi pesannya jelas membuat Malika tertegun. Sederhana, tapi gadis itu dibuatnya membeku. Dia memejamkan matanya erat-erat, menahan nafas, dan sekuat tenaga menahan air matanya yang sudah membendung. Gadis itu duduk jongkok di kamarnya, menyembunyikan wajahnya untuk beberapa saat. Tidak, dia tidak menangis, hanya merasakan sakit yang luar biasa di dadanya.  Menengadahkan kepalanya, menatap layar ponselnya, Malika segera mengetik balasan untuk Matheo dan tanpa membaca ulang, dia langsung menekan tombol send.



———

'bagaimana cara menembak cewek?'

'apa kau pernah menembakku?'

——


Label: , , ,



+ Follow

▼▼▼
幸せはすぐそばにあります。
Happiness is just around the corner.
Previous // Next